Silakan tunggu beberapa saat . . . . . .
Mohon maaf, konten hanya dapat diakses menggunakan mode landscape atau melalui komputer. Silahkan mengubah screen rotation Anda dan memperbaharui laman ini.
Pada saat penyerahan sertifikat tanah bagi masyarakat di Lampung, Jokowi menunjukkan kekesalan dalam pidatonya. Ia berbicara tentang hoaks yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang PKI. Dari kekesalannya, terucap pernyataan bahwa Jokowi ingin menabok orang yang menyebarkan hoaks tersebut. Pernyataan tersebut menimbulkan tanggapan negatif bahwa tidak sepatutnya seorang presiden berbicara seperti itu.
Kemarahan Jokowi tampak juga saat pidato yang menanggapi tentang rencana kucuran dana pada kelurahan. Banyak pihak yang mengaitkan dengan sebagai bahan kampanye dari Jokowi. Menanggapi hal tersebut, Jokowi kembali mengeluarkan pernyataan kontroversialnya dengan mengatakan hati-hati pada ‘politikus sontoloyo’. Hal ini tentu menimbulkan tanggapan dari politikus lainnya.
Setelah mengucapkan ‘politikus sontoloyo’, Jokowi kembali menyindir sikap politikus menjadi ‘politikus genderuwo’. Hal ini berdasarkan sikap politikus yang acap kali menakut-nakuti masyarakat pada masa pilpres. Namun, Jokowi tidak menyebut siapa yang dimaksud politikus genderuwo tersebut.
Pada saat debat capres kedua, Jokowi berkesempatan menyampaikan visi dan misi dalam bidang lingkungan. Pada penyampaian visi dan misi tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak terjadi kebakaran lahan gambut ataupun hutan. Setelah dilakukan pengecekan, pada awal tahun 2019 saja sudah terjadi kebakaran hutan di Riau dengan luas lahan yang terbakar sebesar 41 hektar.
Pada saat menjawab pertanyaan dari Prabowo ketika debat capres terkait masalah impor, Jokowi mengatakan bahwa kegiatan impor turun sejak tahun 2014. Hal ini tampak berbeda dengan data yang dikeluarkan oleh BPS. Data menunjukan bahwa laju impor melebihi pertumbuhan ekspor sepanjang tahun 2018 sebanyak 188,6 miliar dolar AS.
Prabowo menyebutkan kata-kata tersebut ketika melakukan kunjungan ke Kota Boyolali. Saat itu, dirinya hendak meresmikan kantor Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi pada bulan Oktober 2018. Dalam pidatonya, Prabowo menjelaskan bahwa masih banyak orang Indonesia yang tidak bisa menikmati hotel-hotel mewah yang ada di Jakarta, salah satunya orang-orang dengan ‘tampang Boyolali’. Dampak dari pernyataan tersebut adalah unjuk rasa warga Boyolali yang merasa direndahkan martabatnya dan menuntut Prabowo meminta maaf.
Dalam acara Indonesia Economic Forum, Prabowo mendapat kesempatan untuk berpidato. Prabowo menyebutkan bahwa dirinya sedih dengan kenyataan bahwa banyak anak muda Indonesia yang ‘hanya’ menjadi pengemudi ojek. Hal ini sontak menimbulkan beberapa tanggapan. Pernyataan ini dianggap merendahkan pekerjaan pengemudi ojek daring yang menjadi sumber mata pencaharian. Oleh karena itu, di jagat maya muncul tagar #OjekPahlawanKeluarga yang sempat menjadi trending topic.
Pada kesempatan pidato dalam acara Konfernas Partai Gerindra di Sentul International Convention Center pada Desember 2018, Prabowo kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Dirinya mengatakan bahwa jika dirinya kalah dalam Pilpres 2019, maka Indonesia akan punah. Pernyataan berbunyi sama juga pernah ia lontarkan dengan mengatakan bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Hal ini tentu mendapat tanggapan yang pro dan kontra.
Dalam debat pertama, Prabowo sempat menyatakan beberapa pernyataan kontroversial. Salah satu pernyataan yang menuai banyak tanggapan adalah ketika membicarakan luas wilayah Jawa Tengah yang dianggap lebih besar dibandingkan luas wilayah negara Malaysia. Setelah dicek faktanya, ternyata luas Malaysia 10 kali lebih besar dibandingkan luas wilayah Jawa Tengah.
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Dalam kesempatan debat pilpres kedua, Prabowo sempat menyebutkan bahwa 3,5 juta hektar lahan hilang akibat kebakaran hutan, pembalakan liar, dan alih fungsi lahan. Setelah dilakukan pengecekan oleh tim dari Kompas.com ternyata hanya ada 684.000 hektar lahan yang hilang.
Ivan Jonathan
Ivan Jonathan
Hilel Hodawya
Nabila Ulfa Jayanti
Andi Annisa Ivana Putri
Audrie Safira Maulana
Adrianus Dwi Pramudita Octaviano
Ignatius Raditya
Xena Olivia
Charlenne Kayla Roeslie
Agatha Lintang
Maytiska Omar
Hanasya Shabrina
Robin Colinkang
Devonseta Aldi Nathaniel
Gabriela Vivien Arienda
Fany
Theresia Maria
Anchilia Alexandra
Angelia Suling
Nadia Astrella
Theresia Maria
Nadia Astrella
Rano Muhamad Mukhlis
Martin
Jericho