Memasuki dunia perkuliahan dan menyandang status mahasiswa merupakan pencapaian yang berharga bagi seorang siswa. Secara etimologis, kata mahasiswa merupakan gabungan dari dua kata, yaitu maha dan siswa. “Maha” berarti pihak yang paling besar dan “Siswa” merupakan orang yang belajar di tingkat pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Jadi, arti mahasiswa adalah seorang yang sedang belajar di perguruan tinggi dan mahasiswa yang dianggap dewasa lantaran memiliki tanggung jawab yang lebih besar.

Maka dari itu, mahasiswa baru diharapkan mengubah kebiasaan lama saat menjadi siswa dan mampu beradaptasi dengan dunia perkuliahan. Sebab, kerap kali sikap siswa masih terbawa saat fase awal sebagai seorang mahasiswa. Padahal, tanggung jawab seorang siswa dengan mahasiswa jelas berbeda. Untuk itu, ada empat aspek yang perlu diperhatikan mengenai perbedaan antara seorang siswa dengan mahasiswa (Ultimagz edisi Oktober-November 2015)

4 Aspek Perbedaan Antara Siswa dengan Mahasiswa

APA KATA MEREKA?

(klik untuk mendengar)

Perbedaan Siswa dan Mahasiswa

berdasarkan angket ULTIMAGZ 18-22 Juli 2017

Labil, tergantung teman, pasif, kurang berani

Nilai dan tugas

Aktif karena kemauan, fokus ke bidang akademik, aktif dalam kegiatan sekolah

Menurut Siswa

(34 responden)

Pola Pikir
Proritas
Keaktifan

Mandiri, dewasa, berwawasan luas, tanggung jawab, proaktif, visioner, kritis, peka

Nilai dan tugas, organisasi atau unit kegiatan mahasiswa (UKM)

Aktif karena kemauan yang didasari kewajiban, fokus ke bidang akademik dan non akademik, aktif di dalam kampus maupun luar kampus

Menurut Mahasiswa

(121 responden)

CEO Youthmanual Rizky Muhammad mengatakan, masa transisi dari siswa ke mahasiswa akan mengalami banyak perubahan. Tak hanya status menjadi mahasiswa, tetapi tanggung jawab juga lebih besar.

“Mereka (siswa dan mahasiswa) berada di tahap perkembangan yang berbeda. Maka itu, tanggung jawabnya juga berbeda,” tuturnya saat dihubungi Ultimagz melalui email, Jumat (14/7/2017).

Anak SMA sifatnya lebih diarahkan dan struktur - ... mahasiswa cenderung independen”

Rizky Muhammad
CEO Youthmanual

Adapun Youthmanual merupakan Start Up yang membantu siswa dan mahasiswa dalam mengenali minat, kemampuan, dan karakter diri, serta jurusan kuliah yang cocok. Pria yang kerap disapa Rizky ini menjelaskan, siswa masih berada di tahap berkembangnya seorang remaja dan fase mencari jati diri. Tanggung jawab terbesar siswa didominasi dari sisi sekolah dan akademik yang dipandu guru dan keluarga. Sementara mahasiswa berada di tahap perkembangan remaja terakhir dan tanggung jawab utamanya adalah mempersiapkan diri sebagai orang dewasa.

“Usia dewasa menuntut seorang mahasiswa untuk lebih independen, tahu apa yang akan ia lakukan. Mahasiswa juga harus mengembangkan core life skill dirinya, yang mencakup critical thinking dan problem solving, creative thinking, comunnication dan collaboration, willingness to learn, persistence dan empathy. Fase ini menuntut seorang mahasiswa untuk pro-aktif dan memiliki inisiatif untuk berkembang karena sudah tidak lagi yang membimbingnya,” paparnya.

Mahasiswa juga harus mengembangkan core life skill dirinya, yang mencakup critical thinking dan problem solving, creative thinking, comunnication dan collaboration, willingness to learn, persistence dan empathy

Selain tanggung jawab, lanjut Rizky, sistem belajar dan manajemen waktu juga berubah. Sistem proses pembelajaran saat SMA terstruktur. Selain itu, guru memiliki peran untuk mengarahkan dan siswa dituntun untuk banyak menghafal dan bersikap pasif. Sementara mahasiswa dituntut untuk berpikir menyelesaikan masalah dan melakukan riset.

“Mahasiswa harus memiliki kesadaran diri yang tinggi, berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan punya rasa kengintahuan yang tinggi. Kemampuan tersebut wajib dikembangkan dan menjadi modal utama dalam dunia kerja yang luas,” katanya.

Mengenai mengasah kemampuan non-akademik, bagi Rizky, siswa aktif mengikuti ekstrakurikuler atau kegiatan yang mendukung hobi di komunitas. Hal itu didasari dari pencarian jati diri dan membangun self awareness dalam dirinya.

Mahasiswa harus memiliki kesadaran diri yang tinggi, berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan punya rasa kengintahuan yang tinggi.”

Kalau mahasiswa, mereka aktif dalam mengembangkan soft skill guna berkarier seusai lulus kuliah. Kendati demikian, baik siswa maupun mahasiswa, hubungan aktivitas yang diikuti dengan soft skill tergantung dari bobot kegiatannya. Ia mencontohkan, seorang mahasiswa yang ikut beragam organisasi tapi hanya menjadi anggota dan dalam rapat tidak terlalu terlibat, hal itu tidak ada dampak bagi pengembangan soft skill-nya. Berbeda dengan mahasiswa yang terlibat di organisasi dan memiliki peran penting.

Artikel Berikutnya

Mahasiswa Bertambah, Kampus Harus Berbenah

PRODUSER

Christoforus Ristianto


REPORTER

Rachel Rinesya, Ivan Jonathan, Ridi F. Khan


FOTOGRAFER

Debora Darmawan, Evelyn, Aldo Sitanggang

DESAIN

Rachel Ariella, Yusak Yosefianus


ILUSTRATOR

Gerwyn Giovanni, Theresia Maria


DEVELOPER

Rudiyanto, Jeremias Rama